Cerpen “12-12”

Cerpen karya Ibu Meliana, S.Pd. Guru SMK Negeri 1 Ponjong

12-12

Senin pagi yang indah. Mentari bersinar dengan cerah, burung-burung berkicau dengan merdunya. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di SMA favorit di kotaku. Hari yang akan dimulai dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa selama 5 hari kedepan. Dengan tergesa-gesa aku berangkat ke sekolah. Dan sesampai di sekolah bel sudah berbunyi 3 menit yang lalu. Pintu gerbang sekolah sudah ditutup oleh pak satpam. Astaghfirulloh… aku terlambat.

Kegiatan MOS diawali dengan upacara bendera dan pembukaan MOS. Aku dan teman-teman yang terlambat lainnya tidak diizinkan untuk ikut bergabung dengan peserta upacara yang lain. Kami disendirikan, dengan membentuk barisan yang berada di luar pintu gerbang. Setelah selesai upacara pembukaan MOS, aku dan teman-teman yang terlambat disuruh berbaris di lapangan upacara dan dihukum oleh kakak-kakak pengurus OSIS. Aku dan teman-teman yang terlambat kena bentak oleh kakak pengurus OSIS. “Kenapa terlambat dikkkk” salah satu kakak pengurus OSIS membentak aku, pas berdiri di depanku. Dia dengan kerasnya membentak-bentak aku. Aku tidak berani menatapnya. Yang aku tahu, dia adalah cowok yang galaknya minta ampun. Dan ditakuti oleh siswa baru.

5 hari telah berlalu. Kegiatan MOS pun usai. Minggu berikutnya aku dan teman-teman sudah mengikuti kegiatan pembelajaran biasa di dalam kelas. Ternyata aku satu kelas dengan temanku waktu duduk di SMP dulu. Dia adalah Nina dan Sinta. Kemana-mana kami selalu bertiga. Sampai kami sering dijuluki Trio wek-wek…

Teng… teng… teng… Bel istirahatpun berbunyi. Aku, Nina dan Sinta berlari menuju loket pembayaran SPP yang ada di ruang TU. Kami berdiri antri di depan loket. “Nina salam ya buat temanmu yang di berdiri tengah” Tiba-tiba terdengar cowok yang teriak dari arah pintu ruang kelas XII IPA 1. “Iya kembali salamnya” temanku Nina langsung menjawab. “Siapa yang dapat salam Nin?” aku bertanya ke Nina. “Ya kamu Tika, yang di tengah kan kamu” Nina menjawab pertanyaanku. Aku tidak sadar kalau yang dimaksud cowok itu ternyata aku.

“Emang siapa dia Nin” aku pura-pura bertanya ke Nina. Karena yang kutahu, cowok itu adalah kakak pengurus OSIS yang membentakku waktu aku terlambat di hari pertamaku masuk sekolah. “Namanya Darmawan, yang bentak-bentak kita waktu terlambat dulu” jawab Nina. Aku hanya menganggukkan kepala sambil ngomong ooooo… Kemudian kami berjalan menuju kelas untuk mengikuti pelajaran.

Hari demi hari berlalu. Aku, Nina, Sinta dan kak Darmawan semakin akrab. Kami sering ke kantin atau perpustakaan bareng. Kalau aku dan teman- teman ada PR Fisika atau Kimia, kak Darmawan dengan senang hati akan membantu kami. Suatu sore setelah bel berbunyi pulang sekolah, aku sangat senang karena waktunya pulang telah tiba. Kami keluar dari kelas dan menuju pintu gerbang sekolah, di sana sudah ada kak Darmawan dengan sepeda motornya. Aku pura-pura tidak tahu. “Sore Tika” kak Darmawan menyapaku. “Sore kak” kujawab dengan cueknya. “Ayo kuantar pulang Tika” kak Darmawan mengajakku naik motornya. “Tidak, terimakasih kak” kujawab dengan suara datar-datar aja. Dalam batinku, aku masih jengkel kalau lihat dia, karena waktu MOS dulu, dia bentak-bentak aku. “Gak apa-apa Tika, kamu pulang aja sama kak Darmawan, aku pulang sama Nina” Sinta menyuruhku untuk pulang bareng kak Darmawan. Aku tetap saja tidak mau pulang bareng kak Darmawan.

Suatu hari, di hari Jum’at, ada kegiatan Pramuka, jelajah alam. Bagi siswa kelas X wajib untuk mengikuti kegiatan ini. Karena nanti akan mempengaruhi nilai Pramuka di raport. Kegiatan jelajah alam ini sangat melelahkan bagiku. Dan tidak ada asyik-asyiknya sama sekali. Yang ada hanya capek di badan. Belum lagi nanti kalau pulang harus naik truk. Membayangkan saja sudah menyebalkan. Hampir 3 jam aku dan teman-teman berjalan. Dan akhirnya sampai di tempat pos terakhir. Setelah melakukan kegiatan di pos ini, aku dan teman-teman diperbolehkan pulang. Plongggg rasanya… akhirnya kegiatan Pramuka selesai. Tiba-tiba kak Darmawan sudah ada di depanku… “Kali ini kamu harus mau pulang bareng aku Tika” kak Darmawan mengajakku untuk naik motornya. Aku membayangkan naik truk dengan berjubel banyak orang, belum lagi kalau ada yang mabuk… haduhhhhh tidak kuat aku. “Ya udah. iya-iya kak…” akhirnya aku

mau ikut pulang bareng kak Darmawan. Sesampainya di rumah kupersilahkan kak Darmawan masuk rumah dan ngobrol bersama ibuku. Aku minta ijin dulu mandi dan lain-lain. Setelah selesai, kutemui kak Darmawan di teras rumah. Kami ngobrol. Tidak lama kemudian dia bilang “ Tika, aku suka kamu sejak MOS dulu. Maukah kamu jadi pacarku”. Aku kaget, aku diam, aku tidak menyangka kalau kak Darmawan akan mengutarakan isi hatinya. Dalam batinku, kak Darmawan baik orangnya, pinter, rajin, perhatian, sering membantu juga. “Gimana Tika?” Pertanyaan kak Darmawan mengagetkanku. Aku bingung mau jawab apa.”aku pikir-pikir dulu kak, beri aku waktu 1 minggu” akhirnya ku jawab juga pertanyaan kak Darmawan.

Senin pagi akan segera dilaksanakn upacara bendera. Bel sekolahpun berbunyi. Semua siswa lari berhamburan ke lapangan upacara. Kulihat kak darmawan dan teman-temannya. Yang aneh, ada cewek di samping kak Darmawan yang jalan sambil dempel-dempel kak Darmawan. Ternyata Sinta dan Nina juga melihatnya. “Tik, cewek yang dekat kak Darmawan itu katanya ceweknya kak Darmawan” kata Sinta kepadaku. Dubrakkkkkk…. kaget aku mendengar kata-kata Sinta. “Iya Tik, tadi pagi aku lihat mereka boncengan pakai motornya kak Darmawan” Ninapun menambahkan cerita Sinta. Dalam hatiku bertanya, mengapa kak Darmawan kemarin mengutarakan isi hatinya kalau suka aku, padahal dia sudah punya pacar. Dasar playboy… gerutuku.

Pulang sekolah seperti biasanya, kak Darmawan sudah ada di depan gerbang pintu sekolah. Kak Darmawan mengajak aku naik motornya. Aku, Nina dan Sinta pura-pura tidak dengar ajakan kak Darmawan. Aku tetap jalan kaki bersama Nina dan Sinta. Nina sambil berbisik ke arahku “Tik, ga usah bonceng, daripada cuma di PHP kak Darmawan. Nanti malah cuma bikin sakit hati. Mosok kamu mau diduakan”. Kak Darmawan masih saja mengikutiku dengan sepeda motornya. Aku tetap saja berjalan menuju parkir motor sekolah, tanpa kuhiraukan kak Darmawan mengajakku. “Ayo Tik, naik motorku” kak Darmawan mengajakku. “Tidak mau, aku sama Nina dan Sinta saja. Kak Darmawan silahkan pulang” kutolak ajakan kak Darmawan. Dalam batinku, mosok aku mau dijadikan ban serep. Aku pulang boncengan sama Nina dan kutinggalkan kak Darmawan.

Sampai rumah, aku kemudian ganti baju dan istirahat. Tidak lama kemudian terdengar bel rumah berbunyi. Tiba-tiba ibu masuk ke kamarku. “Tik, ada kak Darmawan di ruang tamu, sana temui dulu” kata ibu kepadaku. “Bu, bilang aja kalau aku tidur. Aku tidak mau menemui kak Darmawan” jawabku. “Jangan gitu Tika, tidak baik berbohong. Cepet temui dulu kak Darmawan” ibu menasehatiku. “Tidak mau Bu, aku tidak mau kalau di PHP, di duakan” jawabku. Akhirnya ibu ke ruang tamu dan dari kamarku terdengar suara ibu bilang ke kak Darmawan kalau aku sedang tidur. Akhirnya kak Darmawan minta ijin untuk pulang.

Malam harinya kak Darmawan datang lagi ke rumahku. Saat itu aku baru saja pulang dari Alfamart beli es cream dan coklat. Aku tetap tidak mau menemui kak Darmawan. “Temui dulu kak Darmawan sana Tik, kasihan sudah lama menunggu di teras rumah” lagi-lagi ibu membujukku untuk menemui kak Darmawan. “Tidak mau Bu, bilang saja baru belajar besok ada ulangan harian” jawabku. Ibu langsung ke teras dan menyampaikan pesanku ke kak Darmawan. Tidak lama ku dengar suara motor kak Darmawan berbunyi dan meninggalkan rumahku. Tiba-tiba ibu langsung masuk ke kamarku. “Tika, sama cowok itu jangan seperti itu, tidak baik. Ada apa to?” tanya ibu. “Kak Darmawan sudah punya cewek Bu, mosok dia kemarin bilang kalau suka aku. Aku tidak mau di PHP Bu” jawabku. Sambil duduk di sampingku, ibu menasehatiku “bicarakan baik-baik. Jangan selalu menghindar kalau ada masalah. Hadapi dan selesaikan setiap permasalahan dengan kepala dingin, dibicarakan baik-baik, jangan cari musuh”. “Iya bu, In syaa Allah” jawabku.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku ke sekolah bersama Nina dan Sinta. Sesampai di sekolah, kami langsung menuju ke kelas sambil ngobrol dan bercanda. Sesampainya di depan kelas, kak Darmawan sudah ada di situ. Aku, Nina dan Sinta kaget. “Kenapa kamu menghindari aku Tika?” tanya kak Darmawan. “Tidak ada apa-apa. Sebentar lagi bel masuk pelajaran jam pertama akan berbunyi, silahkan kak Darmawan ke kelas” jawabku. “Nanti pulang sekolah kita harus ketemu Tik. Jangan selalu menghindari aku. Kalau nanti tidak mau

ketemu, aku tetap akan datang ke rumahmu” kata kak Darmawan sambil pergi meninggalkanku di depan pintu kelas.

Tak terasa bel pulang sekolahpun berbunyi. Aku bersama teman-teman beres-beres pulang. Kamipun berjalan menuju pintu gerbang sekolah. Kulihat di tempat biasa kak Darmawan menunggu, di sana tidak ada kak Darmawan. Merasa lega hatiku. Sesampai di parkir sepeda motor, terdengar namaku di panggil. Setelah ku menoleh ke belakang, di sana ada kak Darmawan. “Kita harus bicara Tika. Mengapa sikapmu berubah setelah uapacara bendera kemarin” kata kak Darmawan. Aku Cuma diam. Aku ingat nasehat ibu semalam. “Sekarang kamu ikut aku Tik, naik sepeda motorku. Aku antar pulang” pinta kak Darmawan. Aku lihat Nina dan Sinta, kemudian mereka mengganggukkan kepala. “Iya, aku bonceng kak” jawabku.

Di perjalanan pulang sampai rumah, kami hanya diam. Tanpa sepatah katapun dari mulut kita. Sesampai di rumah kupersilahkan kak Darmawan duduk di teras. Aku masuk ke rumah. Tidak lama aku keluar lagi dengan membawa minum dan camilan seadaanya. “Diminum kak” kupersilahkan kak Darmawan minum. “Kamu kenapa menghindar dariku Tik, aku salah apa? Bilang sama aku” Kak Darmawan. Aku diam. “Bilang sama aku Tik… biar aku tahu ada apa ini” kak Darmawan memohon kepadaku biar aku menjawab pertanyaannya. Dengan wajah penuh harap. “Aku dengar dari teman-teman kalau kak Darmawan sudah punya cewek, dan cewek itu naik sepeda motor sama kak darmawan hari Senin kemarin. Apa benar itu kak?” aku mencoba memulai berbicara. “Kemarin kak darmawan bilang suka sama aku, terus tanya apa aku mau jadi pacar kak Darmawan, aku tidak mau di PHP” sambil agak emosi aku bilang sama kak Darmawan. “Ooooooo itu” jawab kak Darmawan sambil tertawa. “Dia namanya Putri, dia masih sepupuku. Dia kemarin bonceng aku karena sepeda motornya rusak” jawab kak Darmawan. “Mosok kak???” tanyaku sambil tidak percaya aku dengan jawaban kak Darmawan. “Iya Tik, kalau kamu tidak percaya, nanti ku ajak kamu temui dia. Rumah putri samping rumahku. Kalau tidaknya ku telpon Putri sekarang biar dia kesini” jawab kak Darmawan dengan serius. “Ya terserah” jawabku. Tidak lama

kak Darmawan ambil HP dari tasnya dan menelpon Putri. Aku kaget melihatnya, tidak mengira seserius itu kak Darmawan.

Tidak lama kemudian Putri datang. “Put, jelaskan ke Tika kamu siapaku, mengapa kamu kemarin bonceng aku” kata kak Darmawan ke Putri. “Bentar- bentar… ini ada apa” jawab Putri sambil bingung melihatku. “Tika mengira kamu itu cewekku Put” kata kak Darmawan. “Astaghfirulloh…” Putri kaget. “Mosok mau pacaran sama sepupu sendiri… ya tidak lah” kata Putri. “Gini Tika, aku sama Darmawan itu sodara sepupu. Rumahku sebelahnya rumah Darmawan. Kemarin aku bonceng Darmawan karena motorku mogok dan aku buru-buru sekolah” Putri mencoba menjelaskan kepadaku. Aku diam… malu banget… “Ya maaf… Aku kan tidak tahu” sambil malu-malu aku minta maaf ke kak Darmawan dan Putri. “Udah jelaskan Tik?” tanya kak Darmawan. “Aku tidak ada apa-apa sama Putri. Aku masih sodara sama dia” kata kak Darmawan. “Iya Tik… aku tidak ada apa-apa” Putri meyakinkan aku. “Iya sudah jelas kak” jawabku. “Udah ya… Udah selesai… aku mau ke rumah temanku” kata Putri sambil pergi.

Setelah Putri pergi, aku hanya diam. “Gimana Tik? Ada yang mau ditanyakan lagi? Tanya kak Darmawan. “Tidak kak, udah jelas” sambil malu- malu aku menjawabnya. “Sekarang gimana, aku suka sama kamu. Kamu mau jadi pacarku? Tanya kak Darmawan sambil melihatku. “Kan belum ada 1 minggu, aku kemarin minta 1 minggu kan” jawabku. “Apa perlu waktu 1 minggu Tik?” tanya kak Darmawan. “Perlu aku jawab sekarang kak?” tanyaku.”Ya kalau yakin dan mantap, di jawab sekarang” jawab kak Darmawan. “Hmmmmm gimana ya Kak…Iya apa tidaknya….” sambil bercanda aku berkata sama kak Darmawan. “Hiiiiiiihhhhh… Gimana to kamu tu Tik…. Hmmmm… gemes sendiri kak Darmawan lihat aku. “Bismillah, iya kak” aku jawab pertanyaan kak Darmawan. “Yakin? kak Darmawan kaget. “Bismillah kak” jawabku. Akhirnya kami jadian bertepatan dengan tanggal 12 Desember… #mel#

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *