Cerpen “Hujan Malam”

Cerpen karya Verani Putri. Siswa SMK Negeri 1 Ponjong

Hujan Malam

Suara gemericik air hujan malam ini menambah rasa sendu bagi Ayu. Gadis itu belum juga tidur malam ini, padahal waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Ayu duduk di balkon kamarnya, ia terpaku menatap langit malam ini. Gelap, tanpa adanya cahaya bulan maupun bintang. Sesekali ia menghela nafas berat, tandanya saat ini ia sedang mengalami tekanan dalam hidupnya.

Tetesan air mata Ayu masih terus mengalir seiring derasnya hujan malam ini. Sesekali ia mengusap air matanya yang jatuh. Ayu belum juga beranjak dari tempat duduknya, ia masih termenung mengamati langit sembari mendengarkan lagu kesukaannya. Dalam pikiran Ayu saat ini, ia ingin ayah dan ibunya kembali seperti dulu lagi. Bahkan tak hanya sekali Ayu ingin mencoba untuk bunuh diri, namun ada saja yang menggagalkannya. Karena Ayu sudah benar-benar muak dengan kehidupannya. Selama 15 tahun ia dibesarkan oleh kedua orangtuanya dengan penuh kasih sayang, dan tiba-tiba kedua orangtua Ayu bertengkar. Mereka saling menyalahkan satu sama lain, Ayu takut jika kedua orangtuanya cerai, ia tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena Ayu sayang keduanya. Namun siapa sangka, akhirnya orangtua Ayu cerai, dan Ayu saat ini tinggal bersama ibunya.

” Non,,,” panggil mbok suti

” Non Ayu” kedua kalinya mbok suti memanggil Ayu sembari masuk kedalam kamar Ayu, karena ayu tidak menyahut panggilan mbok suti.

” Non Ayu ngapain malam malam begini belum tidur, kok malah masih diluar non?, Ini hujan loh non, dingin. Nanti kalau non sakit nyonyah pasti sedih. Ayok non sini masuk kamar, anginnya dingin banget.

Mbok juga udah bikin susu buat non”. Ujar Mbok Suti yang membuyarkan lamunan Ayu

” Iya mbok, taruh aja susunya di meja, nanti Ayu minum kok. Terus siapa juga yang peduli kalo Ayu sakit. Mamah aja sibuk terus mbok.” Ucap Ayu tanpa menoleh ke arah mbok suti sembari nenarik nafasnya dalam-dalam

” Ihhhh non nggak boleh gitu. Ayo sini masuk, terus diminum susunya, nanti keburu dingin non. Nanti biar gelasnya sekalian mbok bawa kedapur” ucap mbok suti dengan penuh kasih sayang

“Iya deh mbok” jawab ayu yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Kemudian Ayu meminum susu buatan Mbok Suti, dan ia langsung tidur. Mbok suti yang melihat keadaan Ayu saat ini pun menjadi prihatin. Ayu sekarang sering begadang, ngalamun, makan pun tidak teratur. Ia kasihan kepada Ayu, yang seharusnya ia masih mendapat kasih sayang kedua orangtuanya, namun hanya tersisa ibunya saja. Ayahnya pergi meninggalkan mereka, Mbok suti juga bingung mengapa majikannya bisa cerai, padahal sebelumya hubungan mereka baik-baik saja. Kemudian Mbok

Suti pun menyelimuti Ayu yang sedang tidur, dan ia kembali kedapur.

Hari ini terasa masih sama bagi Ayu, tidak ada sesuatu yang sepesial baginya, padahal hari ini adalah hari bahagia untuk Ayu dan kedua orangtuanya, mungkin. Ayu menatap pemandangan jalanan di balkon kamarnya. Ia menghirup nafas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan fikiran. Dalam fikiran ayu saat ini masih sama. Ia menginginkan kedua orangtuanya kembali, seakan-akan ia tak punya semangat untuk hidup. Ia merasa tertekan, selama orangtuanya cerai, sikap ibunya saat ini pun berbeda. Dulu ibunya  yang sangat sayang dengan Ayu, sering bermain, jalan-jalan bersama. Namun sekarang ibunya berubah, Ayu merasa tertekan. Ibunya saat ini menjadi egois, tidak memikirkan bagaimana perasaan Ayu.

Bahkan ibunya saat ini sering mengancam Ayu. Ayu merasa bahwa dirinya sangat tidak beruntung saat ini. Ia kembali menitikkan air matanya, ia melihat foto keluarga kecil mereka yang sedang ia pegang. Ia teringat saat itu ia sangat sangat bahagia. Orangtuanya sayang kepadanya. Di hari ulangtahunnya yang ke 15 pun di adakan pesta yang sangat meriah. Canda tawa, penuh kasih sayang. Namun saat ini hanya tinggal kenangan saja.

“Non, ada tamu” panggil Mbok Suti

“Siapa Mbok?” Jawab Ayu dengan masih menatap foto keluarganya. Melihat itu Mbok Suti menjadi sedih. Tak henti-hentinya Ayu menangis.

“Aisyah non, temennya non Ayu waktu SD dulu. Masih ingat kan non? Ayu berfikir sejenak, ia mengingat ingat, Aisyah? Ia pun sudah lupa dengannya.

“Aisyah yang mana Mbok?” Tanya Ayu

“Itu non, anaknya Pak Yahya, masih ingat kan? Yang dulu non Ayu nangis karena non Aisyah mau pindahan ke Jogja”

“Iya mbok, Ayu ingat. Suruh masuk aja mbok”

“Masak lupa sama sahabat sendiri” ucap seseorang tepat dibelakang mereka berdua. Ayu dan Mbok Suti pun langsung menoleh ke arah suara itu.

“Aisyah” teriak Ayu tak menyangka. Ayu pun langsung memeluk Aisyah.

“Aku kangen banget sama kamu, kenapa baru sekarang? Kok kamu tau alamat rumah aku?” Tanya Ayu. Mbok Suti yang melihat kejadian ini menjadi senang. Akhirnya Ayu punya teman. Karena peceraian kedua orangtuanya merubah Ayu. Dia yang ceria menjadi pendiam. Bahkan dia sudah tidak bersama teman temannya. Namun syukurlah ada Aisyah. Dia adalah sahabat Ayu saat Sd dulu. Dia satu-satunya teman Ayu yang paling mengerti tentang Ayu.

“Kamu lucu deh, masih aja sama kaya dulu. Suruh duduk dulu kalik, capek juga perjalanan dari Jogja ke Bandung hihihi” ucap Aisyah

“Oke duduk dulu sini, oh iya Mbok minta tolong sekalian ambilin minum ya” “Iya non Ayu, siap” jawab Mbok Suti

Mereka berdua langsung duduk di sofa yang ada dibalkon kamar Ayu, disana memang cocok untuk ngobrol, karena tempat itu nyaman, dan bisa lihat pemandangan.

“Ayu, are you okey? Kenapa kamu nangis liat foto keluarga kamu?” Tanya Aisyah. Memang Aisyah belum tahu jika kedua orangtua Ayu cerai.

“Aku kangen kehangatan keluarga ku Aisyah. Aku kangen ada waktu mereka buat aku, mereka sayang sama aku, tapi sekarang” ucap Ayu terpotong karena ia tak sanggup melanjutkan perkataannya

“Sekarang mustahil buat aku untuk dapetin itu lagi. Mama sama papa cerai Syah. Satu tahun yang lalu, tepat dihari dimana aku ulangtahun yang ke 16. Dan sekarang hari ini di ulangtahun ku yang ke 17 nggak ada spesialnya sama sekali. Aku nggak butuh kado, aku cuma butuh mereka berdua ada, dan ngertiin aku. Sekarang udah beda Syah. Udah berkali-kali aku mau bunuh diri, aku nggak kuat. Tuhan nggak adil” oceh Ayu tanpa henti mengeluarkan air matanya. Aisyah kaget, mendengar jika orangtua Ayu cerai.

“Ayu, kamu salah. Bukan karena Tuhan yang nggak adil. Tapi kamu harus belajar bersyukur Yu. Dan kamu harus belajar ikhlas” Ucap Aisyah.

“Gimana aku harus bersyukur. Aku harus bersyukur gitu karena orangtuaku cerai?”

“Maksud aku gini, sekarang kamu masih muda Alhamdulillah kamu sehat, kamu diberi kehidupan yang serba kecukupan. Coba bayangin kalau Allah ngambil penglihatan kamu? Kamu mau? Enggak kan?. Kamu harus bersyukur Ayu. Banyak juga diluar sana yang sama seperti kamu, bahkan mungkin bisa lebih menyedihkan. Sekarang saran aku buat kamu, kamu harus berubah Yu. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan, itu nggak baik. Kamu harus memuali dari sekarang, mulai dari hal kecil dulu”

“Iya makasih Aisyah, lo ada buat aku saat aku kayak gini. Gue harap kamu gak balik ke Jogja nantinya”

“Kebetulan aku pindah Yu, aku beli rumah disini. Jadi kita bisa bareng-bareng terus”

“Seriusan” tanya Ayu yang tak percaya. Karena Ayu memang kesepian karena akhir-akhir ini ia menutup diri. Namun ia senang Aisyah kembali

“Satu lagi Ayu. Kamu harus minta maaf sama mama kamu. Mama kamu berubah sikapnya mungkin beliau punya alasan, dan kamu jangan nyalahin mama kamu terus. Mama kamu juga sakit Yu, beliau

ditinggal sama suaminya.”

Ayu mengangguk dan menuju ke kamar mamanya. Ia melihat mamanya dikamar yang sedang menangis, sama sepertinya dengan memegang foto keluarga mereka. Ayu yang melihat ini menjadi sadar. Ia mendekat dan memeluknya. Pelukan yang sangat dirindukan oleh Ayu, sudah lama ia tidak memeluk mamanya. Dan Ayu meminta maaf kepada mamanya, mamanya mengangguk tandanya memaafkan.

“Kita liburan yuk, udah lama engga jalan jalan sama anakku tersayang” ajak mama Ayu, jujur ia merindukan anaknya. Ia sadar bahwa dirinya telah egois, dan kurangnya waktu bersama untuk Ayu.

“Ide bagus mah, kita ke Bali ya. Mbok Suti sama Aisyah juga, biar rame”.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *