Cerpen “MAAFKAN AKU YANG TAK BISA MEMAHAMIMU”

Cerpen karya Ibu Sulistiyani, S.Pd. Guru SMK Negeri 1 Ponjong

MAAFKAN AKU YANG TAK BISA MEMAHAMIMU

“ Perkenalkan namaku Setya Pratama”, sambil mengulurkan tangannya ke hadapanku. Kupandangi tangan kekar itu, tanpa ada kata yag terucap dariku.Aku diam seribu basa, sambil menundukkan kepalaku ke bawah sambil memandangi tanah yang di selimuti rumput hijau tak teratur keberadaannya. Aku bingung harus bagaimana. Aku tak kuasa memandangnya. Aku lelah…aku tak berdaya.

Sudah sekian purnama masa itu aku lalui. Tapi masih menggelantung jelas di pelupuk mata dan ingatanku. Dikursi sofa ini yang menjadikan saksi bisu. “ Ah masa lalu”, gumamku sambil kurebahkan tubuhku di kursi rotan buatan ayahku.

Teringat jelas waktu itu aku pergi ke pasar karena ibuku yang menyuruh untuk membeli kue lapis buatan mbok Yem. Tiba -tiba tanpa kusadari aku hilang keseimbangan. Kedobrak, grobyak, bres jatuhlah aku ditrotoar yang tidak jauh dari lelaki itu berdiri. Byar, pet….mataku berkunang-kunang hingga aku tak sadarkan diri.

Tak lama aku tak sadarkan diri, kemudian aku membuka mata, aku bingung….mengapa aku ada di tempat tidur pesakitan ini. Tiba tiba muncullah dokter kehadapanku sambil membawa alat kedokteran, entah apa namanya aku tak tahu tentang peralatan kedokteran itu. Yang pasti alat itu hanya digelantungkan ditubuh dokter. Dan akhirnya sang dokter menyapaku, “Hallo apa kabar?” Bagaimana nona, sudah baikan? ( sambil tersenyum kepadaku). Aku membalas senyuman dokter, lalu kataku” Baik dokter”. Hanya itulah yang aku katakan saat itu.

Kupandangi yang ada di sekelilingku, ternyata orang yang aku kasihi, aku sayangi, sudah ada diruangan tempat aku berbaring. Mas Alex itulah nama keren orang selama ini aku cintai telah berdiri lunglai dipojok pintu kamar yang aku tempati sambil diam seribu basa. Aku tersenyum, “ Tidak apa apa mas, tadi aku hanya sedikit ngalamun, sehingga hilang keseimbangan saja. Maklum akhir-akhir ini tugas kuliahku banyak banget”. Celotehku

Tiba -tiba pintu diketuk, masuklah seorang laki-laki kehadapan kami, sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri. Saat itu aku sempat shock, karena laki-laki yang datang ini adalah orang yang pernah aku kagumi selama ini. Orang yang selama ini selalu baik kepada sesama. Sifat ngemongnya itulah yang selalu membuat aku penasaran ingin menjadi adik angkatnya.Ternyata yang menolongku hingga aku sampai ke tempat tidur pesakitan ini adalah dia yang memiliki nama Setya Pratama.

Semenjak kejadian di rumah sakit, saya dan mas Setya Pratama selalu menjalin komunikasi yang baik. Kebetulan dia adalah kakak tingkatku dalam satu jurusan yang sama. Kami sering berdiskusi tentang materi kuliah, terutama yang aku belum pahami. Kami asyik bercengkerama disela-sela kami tidak ada mata kuliah, maupun lewat media sosial yang kadang kala tidak mengenal waktu. Komunikasi kami sangat menyenangkan, selalu ada topik yang bisa kita jadikan bahan pembicaraan. Aku merasa nyaman kalau selalu bersama mas Setya Pratama.

Karena kebersamaan aku dan mas Setya Pratama inilah awal kemarahan orang yang selama ini aku sayangi dan aku cintai. Disinilah sifat otoriter mas Alex muncul. Aku selalu diinterogasi, selalu dimarahi, sehingga perselisihan- perselisihan pendapat selalu muncul di setiap kami bertemu

Saat aku sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, tiba – tiba mas Alex datang menghampiriku dengan wajah yang membuat orang didekatnya takut menatapnya. Pancaran mata yang begitu garang menembus disela- sela kami yang sedang serius dalam kerja kelompok kami. Aku diam. Aku malu di depan teman – teman. Melihat sikap aku seperti itu, mas Alex mungkin menyadari tentang perasaanku, akhirnya mas alex keluar dari ruangan tanpa ada kata-kata yang terucap.

Selesai kami mengerjakan tugas kelompok, begitu keluar dari ruangan, tak sengaja aku bertemu dengan mas Setyo Pratama di depan pintu. Akhirnya kami duduk- duduk di Gazebo depan kampus sambil bercerita kejadian – kejadian yang

dialami hari ini. Aku merasakan kenyaman setiap ngobrol dengan mas Setyo Pratama. Seperti aku dapat perlindungan dari kakak kandungku sendiri.

Saat kami baru asyik -asyiknya ngobrol, “Blug, krompyang”, kami langsung diam, kami tanpa sengaja menoleh ke arah suara itu. Lah….ternyata mas Alex yang membuat ulah. Dengan tatapan yang tajam, langsung menegurku dengan suara yang lantang dan keras.” Non,kamu apa-apaan!” Tanpa sebab, tanpa angin mas Alex meluapkan kemarahannya.

Aku sangat kecewa dengan sikap mas Alex yang menurutku kurang sopan, tidak menjaga perasaan, bahkan kurang mengayomiku. Aku semakin bingung menghadapi sikap mas Alex akhir-akhir ini. Semua yang aku lakukan seolah – olah tidak pernah benar dimata mas Alex. Aku sering mendapatkan kata -kata yang kurang sedap dipendengaranku. Malah kadang suara lantang selalu aku dapatkan disetiap pertemuanku dengan mas Alex.

Masa bodoh. Aku tak pernah menghiraukan sikap mas Alex. Entah itu ada sikap cemburu atau apa, aku tak peduli. Yang pasti mas Setyo tetap aku anggap pengayomku, kakakku yang asyik, kakak yang membuat aku selalu senang dan bahagia. Tak lebih dari itu.

Semenjak kejadian kurang mengenakkan dikampus itu, aku mulai membatasi pertemuan dengan mas Alex. Aku sering memberi alasan yang kadang alasan itu sekedar aliby agar aku tidak ketemu dengan mas Alex. Aku selalu menyibukkan dengan tugas – tugas kuliah. Tampak dari luar, pasti orang menilai betapa sibuknya aku, seorang Nona yang sarat dengan tugas kuliahnya.

Fakta memang membuktikan tugas kuliahku semakin berat. Hari -hariku selalu ku isi dengan diskusi, kerja mandiri, kerja kelompok, itulah rutinitas yang selalu menghiasiku. Aku ingin tugasku dapat hasil yang sempurna. Harapanku, aku segera selesai menyelesaikan belajarku dengan hasil yang prima dan bisa membahagiakan kedua orang tuaku.

Aku tak ingin kuliahku terganggu dengan masalah- masalah yang pelik. Aku tak ingin masalah – masalah muncul dari kehidupanku yang dapat membuyarkan

konsentari belajarku. Aku akhirnya memberanikan diri untuk menemui mas Alex. Dengan keberanianku yang cukup besar, akhirnya kata itu terucap dari mulutku.“ Mas…maafkan aku mas….hubungan kita tak perlu berlanjut…..kita akhiri sampai disini mas.” Maafkan aku….

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *